Naufal fatih kusumo
Selasa, 24 Oktober 2023
Selasa, 05 September 2023
"Peran Media Sosial Di Dalam Mendukung GLOBAL CITIZENSHIP"
APA ITU GLOBAL CITIZENSHIP?
Mampu bekerja dengan hormat dengan orang lain dari latar belakang budaya, sosial ekonomi, dan bahasa yang berbeda adalah keterampilan yang dicari di dunia global saat ini. Bahkan, Forbes mengklaim menjadi warga dunia akan menjadi syarat nomor satu bagi para pemimpin bisnis di tahun 2030.
Jadi, apakah warga global itu? Menurut Benjamin Laker dari Forbes, “mentalitas warga global berarti berpikir secara global dan merangkul keberagaman. Para pemimpin perlu memahami dan menghargai budaya baru, secara aktif mencari tim yang beragam, memimpin karyawan dengan latar belakang berbeda, dan [tahu cara] untuk masuk dan berhasil di pasar global baru. ”
Bagaimana siswa internasional menjadi warga dunia? Kursus Kewarganegaraan Global adalah tempat yang tepat untuk memulai.
Literasi Media dalam Digital Citizenship
Digital natives adalah istilah yang diperkenalkan oleh Mark Prensky (2001) untuk menyebut gejala anak-anak yang sudah akrab dengan teknologi komunikasi dan informasi sejak mereka masih dini yang akan berbeda dengan orang dewasa yang akrab dengan teknologi baru. Anak-anak tersebut sebagai generasi millennial, yaitu generasi yang lahir pada rentang waktu 1981-2000, artinya mereka saat ini berada pada usia 16-35 tahun. Generasi ini tidak ikut dalam arus pertentangan ideologi-ideologi besar dunia yang berimbas ke Indonesia dengan terbentuknya Blok Barat dan Blok Timur. Mereka hanya hidup dengan “kecenderungan” menerima satu ideologi politik yang sama, yaitu demokrasi. Generasi baru ini bercirikan 3 karakter dominan, yaitu creative, confidence, dan connected. Kreativitas menjadi basis produktivitas mereka, rasa percaya diri mereka lebih tinggi sehingga tidak sungkan-sungkan untuk menunjukkan ekspresi dirinya bahkan berdebat di ranah publik, serta mereka saling terkoneksi dalam jaringan sosial luas yang ditopang kemajuan teknologi berupa internet. Optimalisasi generasi ini akan menghasilkan nilai sumber daya manusia yang tinggi manakala didukung oleh pendidikan dan akses-akses informasi seluas mungkin. Jika generasi ini mendapatkan sumber belajar yang keliru melalui penyerapan informasi yang salah maka sangat disayangkan potensi besarnya terbuang sia-sia bahkan bisa menjadi menimbulkan irreversible damage (kerusakan yang tak dapat dipulihkan) bagi generasi tersebut. Hal ini tentu saja menjadi petaka besar sehingga para akademisi dan pendidik menyiapkan solusi alternatif yaitu membangun dan menerapkan konsep dan gerakan literasi media (media literacy).
Literasi media dapat dipahami sebagai proses dalam mengakses, menganalisis secara kritis pesan-pesan yang terdapat dalam media, kemudian menciptakan pesan menggunakan alat media (Hobbs, 1996). Pemahaman lain perihal literasi media seperti dikemukakan oleh Rubin (1998) bahwa yang dimaksud dengan literasi media adalah pemahaman sumber, teknologi komunikasi, kode yang digunakan, pesan yang dihasilkan, seleksi, interpretasi, dan dampak dari pesan tersebut. Tujuan dari melek media/literasi media adalah: Membantu orang mengembangkan pemahaman yang lebih baik; Membantu mereka untuk dapat mengendalikan pengaruh media dalam kehidupan sehari-hari dan; Pengendalian dimulai dengan kemampuan untuk mengetahui perbedaan antara pesan media yang dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan pesan media yang “merusak.” (Rahmi, 2013). Meski pada awalnya literasi media ditujukan kepada semua sumber rujukan informasi seperti buku, majalah, artikel jurnal, televisi, radio dan lainnya. Namun saat ini literasi media yang mendesak untuk menjadi fokus perhatian ialah media internet karena kemudahan dalam mengakses dengan telepon genggam yang praktis dan dapat dibawa ke mana saja, termasuk oleh kalangan pelajar.
Isu utama literasi media bagi kelompok pelajar sebenarnya telah dikampanyekan dalam Partneship for 21st Century Skill, yaitu gerakan yang memfokuskan pada pengembangan kecakapan warga global di abad ke-21. Gerakan ini merupakan upaya untuk merespon perubahan masyarakat global dan tantangan-tantangan yang menyertainya melalui revitalisasi pendidikan kewarganegaraan dengan menyiapkan para pelajar memiliki kompetisi ekonomi, produktivitas kerja yang kompleks, keamanan global, dan perkembangan media internet yang sangat krusial bagi keberlangsungan demokrasi,
Aspek-aspek kecakapan yang dikembangkan diantaranya meliputi civic literacy, global citizenship, dan digital citizenship. Pertama, civic literacy difokuskan pada pengetahuan warga negara tentang hak dan kewajiban yang bersifat lokal, nasional, dan global termasuk bagaimana implikasi dari kebijakan-kebijakan pemerintah di sektor publik, ketersediaan informasi dan kemudahan mengaksesnya, serta partisipasi warga negara dalam menyelesaikan persoalan kemasyarakatan. Kedua, global citizenship sebagaimana dikemukakan Mansilla & Jackson (2011) lewat serangkaian penyiapan warga negara memiliki kemampuan berbahasa asing (selain bahasa ibu), kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi dalam kaitannya dengan interaksi antarbudaya yang berbeda, pengetahuan dasar yang mencukupi terkait aspek kesejarahan, geografi, politik, ekonomi, dan sains serta kapabilitas untuk memahami suatu persoalan dan bertindak dengan pengetahuan secara interdisipliner dan multidisipliner. Apek ketiga yaitu digital citizenship melalui pemahaman tentang keamanan menggunakan internet, mengetahui cara menemukan, mengatur dan membuat konten digital (termasuk literasi media, dan praktek skill secara teknis), pemahaman tentang cara berperan untuk meningkatkan tanggung jawab dalam interaksi antarbudaya (multikultur), serta pemahaman tentang hak dan kewajiban dalam menggunakan media internet. Aspek ketiga menjadi penting dan lebih mendesak karena media internet merupakan jalan masuk untuk menerapkan civic literacy ke dunia global atau global citizenship.
Naufal Fatih Kusumo
Selasa, 22 Agustus 2023
Pentingnya Masyarakat Memahami Literasi Digital
Pengertian literasi digital Dikutip dari buku Peran Literasi Digital di Masa Pandemik (2021) karya Devri Suherdi, literasi digital merupakan pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital, seperti alat komunikasi, jaringan internet dan lain sebagainya. Kecakapan pengguna dalam literasi digital mencakup kemampuan untuk menemukan, mengerjakan, mengevaluasi, menggunakan, membuat serta memanfaatkannya dengan bijak, cerdas, cermat serta tepat sesuai kegunaannya.
Prinsip dasar literasi digital
Menurut Yudha Pradana dalam Atribusi Kewargaan Digital dalam Literasi Digital (2018), literasi digital memiliki empat prinsip dasar, yaitu:
- Pemahaman Artinya masyarakat memiliki kemampuan untuk memahami informasi yang diberikan media, baik secara implisit ataupun eksplisit.
- Saling ketergantungan Artinya antara media yang satu dengan lainnya saling bergantung dan berhubungan. Media yang ada harus saling berdampingan serta melengkapi antara satu sama lain.
- Faktor sosial Artinya media saling berbagi pesan atau informasi kepada masayrakat. Karena keberhasilan jangka panjang media ditentukan oleh pembagi serta penerima informasi.
- Kurasi Artinya masyarakat memiliki kemampuan untuk mengakses, memahami serta menyimpan informasi untuk dibaca di lain hari. Kurasi juga termasuk kemampuan bekerja sama untuk mencari, mengumpulkan serta mengorganisasi informasi yang dinilai berguna.
Melek digital penting untuk mengembangkan keterampilan teknologi, memahami cara mengakses informasi online, dan belajar tanggung jawab sosial saat berinteraksi di jejaring sosial. Setidaknya ada lima kemampuan literasi digital yang wajib dimiliki pada era modern ini. Apa saja?
Digital culture
Digital culture adalah sebuah konsep yang menggambarkan bagaimana teknologi dan internet membentuk cara seseorang berinteraksi sebagai manusia. Hal ini mencakup cara seseorang berperilaku, berpikir, dan berkomunikasi. Digital culture merupakan produk dari perkembangan teknologi yang tak ada habisnya. Ini berlaku untuk banyak bidang, tetapi sama-sama berbicara tentang hubungan antara manusia dan teknologi.
Khususnya, generasi Z sekarang bertanggung jawab membentuk digital culture. Sebagai konsumen besar media digital, remaja menggunakan internet untuk berbagai tujuan, mulai dari game online, berita, dan hiburan. Hanya saja, kelompok usia ini memakai teknologi secara lebih mendalam untuk menciptakan komunitas online dan identitas diri. Jadi, menjadi penting untuk mengembangkan keterampilan menjelajahi internet dengan aman dan kompeten.Critical thinking
Ada banyak definisi critical thinking atau berpikir kritis. Secara umum, critical thinking membahas tentang kemampuan berpikir untuk diri sendiri. Agar dapat berpikir kritis, seseorang harus mampu menganalisis dan mengevaluasi informasi serta argumen, melihat pola dan koneksi, mengidentifikasi dan membangun informasi yang bermakna, menerapkannya pada konteks dunia nyata, dan dapat mengungkapkannya dengan kata-kata sendiri.
Salah satu kemampuan literasi digital yang wajib dimiliki pada era modern ini perlu dikembangkan untuk mendapatkan manfaat terbaik dari teknologi digital. Setiap orang harus mampu mengajukan pertanyaan dan tetap skeptis untuk meningkatkan kekayaan informasi yang tersedia secara online.
Dengan mengajukan pertanyaan, seseorang dapat mengetahui arti dari pesan yang diterima sehingga dapat mengenali apakah itu berita palsu, apakah informasi yang dibaca valid atau tidak, dan apakah sumbernya dapat dipercaya. Melatih keterampilan critical thinking mendukung konsumsi konten lebih bijaksana dan membantu menjadi lebih berempati ketika berpartisipasi dalam dunia online. Online safety skills
Menjadi aman saat online berarti kamu memiliki pengetahuan untuk mengidentifikasi potensi risiko dan sadar akan keamanan pribadi saat mencari informasi, berbagi, atau menjelajahi internet. Selain membantu seseorang lebih waspada terhadap keselamatan mereka sendiri, kemampuan ini juga membantu menjadi pengguna internet yang lebih baik.
Kemampuan literasi digital satu ini wajib dimiliki agar akses tak terbatas ke internet dapat dilakukan dengan aman. Membuka dialog tentang praktik online safety skills adalah langkah positif untuk mengembangkan keterampilan literasi digital. Beberapa hal penting yang berkaitan dengan online safety skills adalah cyber-bullying, sexting, konten sesuai usia, berbagi foto dan izin, pemerasan online, eksploitasi online, plagiarisme dan hak cipta, hingga proteksi terhadap virus.Digital ethics
Literasi digital merujuk pada keterampilan untuk mengakses, memahami, mempertanyakan, menganalisis secara kritis, dan mengevaluasi konten online. Dalam hal ini, etika digital atau digital ethics sangat penting agar kamu bisa menggunakan internet dengan benar dan menghormati karya kreatif orang lain.
Melalui etika digital, dapat tercipta budaya kepercayaan, tanggung jawab, integritas, dan keunggulan dalam penggunaan sumber daya di ranah online. Etika digital juga mempromosikan privasi, kerahasiaan informasi dan akses ke jaringan komputer, hingga membantu mencegah konflik dan ketidakjujuran.Finding information
Internet memberi banyak informasi yang bisa diakses dengan mudah. Masalahnya adalah ada hampir terlalu banyak informasi untuk dipilih. Memilah antara informasi nyata, informasi yang salah, dan opini terkadang bisa menjadi sulit. Mesin pencari pun sering diandalkan untuk melakukan penyortiran, tapi ini juga belum cukup.
Kemampuan finding information diperlukan untuk mengetahui cara mencari informasi secara akurat dan kemudian mengevaluasi informasi yang ditemukan. Kemampuan finding information mencakup komunikasi, kesadaran sosial dalam lingkungan digital, pemahaman tentang keamanan elektronik, dan penciptaan informasi baru. Baik literasi digital maupun informasi didukung oleh pemikiran kritis dan evaluasi.
Langganan:
Komentar (Atom)
-
Pengertian Literasi Digital Pengertian literasi digital Dikutip dari buku Peran Literasi Digital di Masa Pandemik (2021) karya Dev...
-
APA ITU GLOBAL CITIZENSHIP? Mampu bekerja dengan hormat dengan orang lain dari latar belakang budaya, sosial ekonomi, dan bahasa yang berbe...

.jpg)